Senin, 10 Oktober 2011

nyuci

pagi yang segaaarrr!!dan akan lebih segar lagi kalo nyuci. tapi sayang tempat garapan menyuci keduluan sama penghuni kos-an lagi T.T(haha gak penting). sedih, aku kan sudah rendaman. rencananya sehabis beres dua tugas mau langsung garap tuh cucian terus nanti berangkat kuliah karena masuk jam 8.40 tapi rencana nyuci terancam diundur!apalagi hari ini pulang sore karena 9 SKS. mantap.

ya udah daripada bengang-bengong gak jelas..jadi aja aku melampiaskan nafsu ingin menyuci ke blog ini, hoho

jadi teman-teman dalam menyuci itu ada seni yang perlu kita ketahui -aku tahu juga setelah sering nyuci sendiri-
1. kata mamah kalau mau nyuci kakinya pake minyak kelapa dulu biar gak pecah-pecah dan udahnya gosok pake sikat dan sabun batangan.
2. jangan merendam baju terlalu lama. misal sampai berbulan-bulan (parah pisan), jangankan berbulan-bulan, satu hari aja bau nya bisa bikin ketua RT pingsan, hoho
3. pisahkan baju yang gampang luntur, misal batik. pisahkan juga baju-baju yang gampang kena luntur, misal baju warna putih.
4. untuk bahan kaos kerudung usahakan jangan disikat, cuci aja pake tangan. karena kalau pake sikat dan nyucinya terlalu keras, bisa-bisa jadi berbulu.
5. jangan merendam baju dengan wangi-wangian terlalu lama karena bikin bau juga.
6. menjemur baju lebih bagus pake hanger biar cepet kering.
7. usahakan baju yang dijemur dalam keadaan terbalik biar gak cepet belel.
8. untuk baju-baju tertentu, misal baju sutera dan baju bagus lainnya, jemurnya di tempat sinar mataharinya yang gak cukup panas, biar gak belel. asal dapet angin aja.


hahaha memang sih belum terbukti secara ilmiah tapi silakan mencoba!!

Senin, 19 September 2011

Ketegaran


Setangkup sehasta sedetik semenit begitu sulit menemukan rangkaian kata untuk mengungkapkan apa yang saya pikirkan (dan rasakan mungkin), perasaan saya sedang terlalu abstrak untuk dijamah dan dipahami. Saya hanya sedang menjalin kerjasama dengan akal pikiran yang tak mau berhenti. Tapi ini bukan berarti saya mengabaikan perasaan sampai mati rasa. Hanya membiarkan sebongkah daging yang bernama hati untuk tidak terlalu mendominasi malam ini.

Hari ini saya merasa Allah ‘mengajari’ saya tentang sebuah ketegaran.  Allah mengirimkan beberapa sahabat untuk memahamkan saya bahwa ketegaran bukanlah kisah dongeng putri yang tidur seratus tahun lamanya. Ia nyata serupa sesuatu yang terlihat di depan mata saya. Apakah saya belum begitu tegar sehingga Allah memberikan pelajarannya lewat sahabat-sahabat terdekat?apakah saya terlalu membutakan mata dari perasaan orang lain??entahlah…saya tidak bermaksud sompral dengan menerka-nerka apa yang Allah berikan, dengan keterbatasan ilmu saya, itulah yang sebatas saya pahami.

Di awali dengan pagi hari bertemu sahabat dekat yang bagaikan kekasih tak lama berjumpa, kami sempat bercerita sedikit sangat sedikit dikarenakan kesibukan kami saat itu, bercerita tentang keluarganya, ia hidup bersama tiga orang adiknya, ayah dan ibunya bekerja sebagai wiraswasta. Dulu, sahabat ku ini bercerita bahwa kedua orang tuanya dirasa tidak terlalu perhatian terhadap nasibnya yang sedang merantau, misal tentang bagaimana kuliah dan tempat tinggalnya –mungkin itu hanya perasaannya saja, tapi pandangan manusia selalu subjektif bukan?-. Entah dengan cara apa dia harus berkerjakeras demi kehidupan sehari-harinya. Tadi dengan ringan dia bilang bahwa untuk pergi ke bandung kedua orangtuanya tidak memberinya uang, hanya saja ibu nya memberi uang untuk membeli baju sebesar Rp 70ribu, sementara untuk ongkos tidak ada. Dengan tertawa dia mengatakan, lucu yah uang tujuh puluh ribu untuk membeli baju lebaran. Heummm….pikiran ku melanglang kepada uang yang diberikan mamah sebelum aku berangkat ke bandung. Di zaman sekarang ini, mungkin masih ada baju seharga tujuh puluh ribu, banyak malah. Tapi entah kenapa ketika mengingat deretan angka di baju yang terpampang di toserba yang sempat saya survey. Uang tujuh puluh ribu memang rada kejam untuk membeli baju lebaran untuk gadis yang sudah mahasiswa.  Apa perasaan ku saja?

Aku tidak bermaksud mengatakan bahwa hidupku jauh lebih beruntung dari dia. Karena aku pun memiliki orang tua yang single parent yang kerja keras hampir tujuh hari selama satu minggu tanpa ampun. Terkadang aku meradang karena tidak memiliki waktu untuk berjalan bersama. Sedih sekali memikirkan nasib ku yang tidak sama dengan nasib remaja-remaja lain. Tapi memang ada kebutuhan lain yang hampir tak pernah aku merasa kurang, ya dalam hal materi. Meski aku pun berusaha untuk hidup sederhana. Disini, aku melihat sesuatu bahwa mungkin jika aku dihadapkan pada masalah dia, aku masih belum bisa setegar dia yang bercerita sambil tertawa. Meski mungkin dia tertawa dan miris. Tapi dia tetap bertahan dan dia menyanyangi aku seperti tak pernah merasa kurang apapun. Tulus.
Sore hari nya, aku berjalan beriringan dengan adik tingkat ku, dia bercerita dengan santai mengenai kesulitannya saat ini, dia memiliki ayah yang dulu nya seorang guru namun berhenti. Mungkin effect dari pemberhentian kerja ayah nya, dia sekeluarga mengalami krisis financial. Ceritanya pada ku adalah bahwa dia bahkan belum punya tempat kos dan masih ditampung orang yang sama sekali tidak dia kenal (saudara bapak kosannya yang dulu). Dia merasa malu dan tak enak karena setiap pulang merasa masuk ke rumah orang lain tapi apa mau dikata, benar-benar tidak ada pilihan. Dia mencari kosan yang murah. Untuk kehidupan sehari-hari pun mengandalkan beasiswa yang ia dapat dari universitas sebesar 500ribu. Heum…sekali lagi sulit untuk membayangkan jika aku ada di posisi dia, merasa terlantar di kota orang dan terdampar di rumah orang yang tidak aku kenal dengan uang yang sangat pas-pas an untuk hidup di kota seperti bandung. Tapi dia bahkan tidak menangis. Dia tidak meminta-minta ketika menceritakannya pada ku. Tegar. Kedua sahabat ku mengajari arti ketegaran dalam hidup, yang mungkin aku belum mampu melakukannya.
ditulis @09.33 PM, 11 Agustus 2011
*untuk kedua sahabatku kalau baca tulisan ini maaf ceritanya aku publikasikan. semoga menjadi pelajaran bagi hidup semua orang =]

Selasa, 13 September 2011

apa yang salah?

pernah melihat anak-anak berseragam SD yang hampir tawuran?Saling berteriak dan mengejar bagai kesetanan. mulutnya yang masih lucu mulai amburadul berteriak "anjiiingg gobloook". macam hidup sendiri ditengah hutan tanpa aturan.

jika anda belum pernah melihat fenomena ganjil seperti itu, maka saya saksi mata yang pernah dengan hampir melongos menyaksikan perkelahian mulut yang terjadi diantara dua sekolah dasar yang bertetangga. dua sekolah dasar di sebuah kota besar macam Bandung. sampai-sampai seorang satpam 'mengamankan' kedua geng tersebut. halaah apa kata dunia?mengamati kurcaci-kurcaci kcil yang bergerak menjadi pemuda?inikah ceriminan anak didik kita?

mereka sekolah lho!gak perlu nanya asli apa palsu. seragam yang masih bagus terpasang ditubuhnya yang mungil. bibirnya yang dipikir akan dengan senang menyanyi 'lihat kebunku' atau terbata-bata menjawab perkalian dengan lugas dan tangkas membunyikan 'anjing' dan 'goblok' bagai sahabat sejati.

apa yang salah?

Rabu, 07 September 2011

menjelajah malam

malam ini hampir sama dengan malam-malam yang lainnya -merugi?-
aku senang bisa menulis.

dia yang bernama mati

kalau tahun berganti tahun, hanya ada satu yang aku takutkan dari kehidupan seorang manusia ;
akhir perjalanan.
pengakhirannya bukan karena ia diterpa badai kesakitan terus menurus, bukan karena rasa sedih yang tak menemui penghujung musim, dan bukan karena kesendirian yang mencium sumsum tulang.
tapi karena denyut nadi yang lepas dari kendalinya dan nafas yang buntung satu persatu hingga lelap. ya, dia itu mati.


bagaimana cara aku mati samakah dengan jawaban 'bolehkah aku menemui Kekasihku atau tidak?'??

rindu

rindu-rindu itu tetap ada
tak pernah salah atas tangis tertahan
tak pernah salah meski kau tak pernah tahu

rindu-rindu itu menggaung sepanjang hari, kau tahu?
mengganggu.

rindu

Rabu, 31 Agustus 2011

malam ini

deru angin tak terdengar
hanya bunyi panas mesin dari laptop
ini sebuah puisi?ku kira bukan. jadi tak usah berharap banyak kata yang mendayu-dayu pada nya

biar malam ini tak punya bintang, tapi akan tetap aku cintai karena begitu banyak lampu seperti lautan bintang
biar malam ini tak ada hujan, tapi akan tetap aku cintai karena ada dingin malam

ah...aku jengah